|
cerpen yang copast dari sini |
“merokok?”
“enggak,makasih” aku tersenyum kecil.
“kamu perokok?” pria itu memandangku sekilas, lalu
memalingkan pandangannya kembali pada pertunjukan.
“iya, dulu.”
“sekarang !”
“euh, aku takut pada gambar-gambar aneh yang tertera di
bungkus rokok sekarang, lagipula sayang uangnya. Daripada beli rokok, lebih
baik beli rumah”
“hahah,kamu ini ada-ada aja. Aku juga kadang takut liat
gambar beginian” sambil menunjukkan gambar kanker di bungkus rokok yang
dipegangnya. “ tapi mau bagaimana, udah susah berhenti. Paling kalau mau,
ngurangin rokoknya aja”
Sekali lagi aku tersenyum pada pria itu, sambil memandangi
pertunjukan.
Hari ini, aku nonton pertunjukan tari jaipongan itu
sendirian. Ya, dikampungku pertunjukan seperti ini sudah menjadi tradisi setiap
kali ada warga yang mengadakan hajatan. Kebetulan pertunjukan itu, tak jauh
dari rumahku. Dan entah kenapa aku memilih untuk ikut menonton, padahal
biasanya aku lebih sering diam dikamar, menulis ataupun membaca cerpen.
saat sedang terpaku menikmati pertunjukan, seorang pria duduk di dekat motor
yang tak jauh dari tempatku berdiri. Aku tidak mengenalnya, tapi melihatku yang
berdiri sendirian sejak tadi, membuatnya ingin mengajakku mengobrol.
“sendirian aja” sekali lagi dia menyapa. Sambil menggeser
posisi duduknya “sini duduk, biar enggak capek”
“ea, sebelum kamu nawarin aku duduk. Aku sendiri”
Saat duduk di bangku motornya, aku mencium aroma parfum yang
menusuk hidung. Awalnya itu wangi yang memusingkan kepala, tapi saat beberapa
menit berlalu. Wangi itu menjadi akrap di indra penciumanku. Dan aku tau, itu
parfum yang dipakai pria asing ini.
‘oh, apa. Dia pria asing’
Kujulurkan tanganku padanya “eh, kita belum kenalan!”
“oh iya” sambil menyambut uluran tanganku “randy”
“chesa”
Kamipun bersalaman.
“abang sendirian aja?”
‘abang’ Ya kupanggil dia begitu. Kelihatan wajah pria ini sudah lebih tua
beberapa tahun dariku. Karna tinggal di kota medan. Aku memanggilnya ‘bang’
“eh.. enggak, itu sama dia. Gie..,giee.. sini, ngapain
disitu” sambil mengarahkan kepalanya kebelakang, pria itu memanggil seseorang.
Yang tak lama kemudian dia datang.
“ini sama Egie, adek abang”
“oh, aku chesa” sambil memandang adiknya. Dia Cuma
tersenyum. Sekilas wajah dan postur tubuh kedua kakak adik ini terlihat mirip,
seperti anak kembar. Tapi tidak.
Akhirnya kami bertiga menikmati pertunjukan itu bersama. Hal
yang sebenarnya kami tunggu adalah saat akhir pertunjukan, karna biasanya akan
dibagikan semacam bunga yang konon jika bunga itu disimpan dengan baik,
nantinya akan memberi berkah.
tapi karna waktu sudah mulai malam, sekitar jam 10, saat acara belum selesai
akupun sudah pulang meninggalkan randy dan egie. Dua belas digit angka yang
kuminta dari randy, telah tersimpan di kontak Hpku. Yang nantinya nomor ini
menjadi penghubung antara aku dan kedua saudara ini. ‘mereka akan menjadi
sahabatku’ pikirku.
*
kau tau, terkadang alam semesta memiliki rahasia unik yang membuat sepasang
anak manusia bisa bertemu dan berjodoh.
Dua bulan setelah pertemuan singkat itu, aku dan randy kini semakin dekat. Kami
sering traveling bersama, ternyata randy suka pantai, suka tempat yang sunyi
dan juga matahari terbenam. Hal-hal yang berbau romantis selalu dipersembahkan
randy untukku. ‘tak ada kegelapan yang sedamai kamu, katanya’.
Aku bisa merasakan jika segala hal yang kutanyakan pada randy selalu memiliki
jawaban, dan jikapun tak terjawab selalu ada bantahan positif yang keluar dari
mulut randy. Sifatku yang sedikit keras kepala, seakan melunak ketika aku
bersama randy. Randy yang dewasa, dan penuh kasih sayang telah menyentuh hatiku
yang sempat tak percaya cinta ini.
Sampai suatu hari, randy mengungkapkan perasaannya padaku. Dia menyatakannya
dengan serius bahwa dia menyukaiku. dan aku juga begitu.
Sesingkat itu, kamipun jadian.
*
pagi itu masih pukul lima ‘tell me where you are, and I found you..’ tiba-tiba
lagu dari Hit Lihts berbunyi di hpku. Lagu yang ku khususkan hanya untuk nada
panggil dari randy.
“ya, ada apa sayang” dengan nada suara masih mengantuk kujawab telfon itu. Namun
suara yang menjawab di ujung telfon ternyata suara seorang wanita. Membuatku
tertegun.
“maaf, kami dari pihak rumah sakit. apakah saudara kenal
pemilik nomor ini?”
‘hah’ dengan setengah sadar, aku langsung terduduk.
“ya? Ini siapa? Saya chesa dan Ini nomor pacar saya randy.”
Kujawab dengan perasaan khwatir setengah mati.
“ya, jadi begini buk, orang yang memiliki nomor handphone ini
telah mengalami kecelakaan pukul tiga dini hari tadi. Korban mengalami benturan
keras di kepala, yang menyebabkan dia tewas di tempat. Saat ini kami sedang
berusaha mencari identitas korban….”
‘DUG’ kabar itu mengejutkanku setengah mati, seakan pukulan
keras yang dihantamkan tepat dijantungku.
“apa kau bilang, jangan bercanda.. ini saya sedang bermimpi kan. Ya kan!” masih
dengan perasaan kaget setengah mati, kucoba menangkap kembali suara wanita di
ujung telfon.
“tidak buk, ini berita serius. jika anda mengenal pihak
keluarga dari korban,harap datang pagi nanti ke Rs.citra medica. Polisi sedang
mengusut kasus kecelakaan ini di TKP”
‘DEG, DEG, DEG’ jantungku melemah, seakan berhenti berdetak, nafasku sesak, dan
dunia seakan berakhir. Bagaimana mungkin orang yang baru saja kucintai…! ah,
aku sangat mencintainya!
…tiba-tiba dunia terasa gelap. Handfone itu jatuh dari tanganku dan aku tak tau
apa yang terjadi.
Saat aku membuka mata, aku melihat mama, dian sahabatku dan juga Egi. Mereka
mengelilingiku di tempat tidur. Dan aku tau aku sudah dirumah sakit.
“ma, randy ma. Aku mau ketemu dia”
dengan mata berkaca-kaca, mama membelai rambutku dan
memintaku untuk bersabar. Memang mama sudah setuju dengan hubunganku dan Randy
sejak kami baru berpacaran.
“kamu yang sabar ya nak, mama juga sedih jika menyadari Randy sudah tiada”
“iya, kakak yang sabar ya. Kita semua harus mengikhlaskan
bang rendy, agar bang rendy bisa pergi dengan tenang” adiknya randy. Egie
tiba-tiba memelukku dan menangis. Air mata egie yang membasahi bajuku membuatku
bisa mengerti bagaimana perasaannya. Dan
akupun ikut menangis bersamanya. Dian sahabatku, yang belum sempat mengenal randy
hanya terdiam dan menggenggam tanganku.
Aku bisa merasakan badanku lemas, dokter bilang aku
mengalami depresi ringan akibat guncangan saraf
otak. Ketidak siapan mental mendengar kabar buruk, membuat saraf
terkejut dan itu yang menyebabkan aku pingsan tadi pagi. Kata dokter jika aku
tidak bisa mengendalikan situasi. Aku bisa stress. Atau gila.
Akhirnya dengan bantuan egie dan dian, aku dibantu berjalan
dan dibawa keruang jenazah rumah sakit. Disana aku melihat ayah dan ibunya
randy, mereka sedang terpukul dan menangis menyaksikan jenazah anaknya. Aku tau
kesedihan mereka pasti seribu kali lipat daripada yang kurasakan. Tapi aku
mencoba tabah, terdiam dan berusaha menghentikan air mataku di depan mereka.
saat kain putih yang menutupi wajah randi dibuka. Sekali lagi, aku merasakan
sebuah pukulan keras dihantamkan ke dijantungku. Sanking kuatnya hantaman itu,
hatiku ikut merasakan sakitnya. Rasanya sakit sekali !
“Randy, jadi berita yang kudengar tadi pagi bukan mimpi !” kupandangi wajah
Randyku yang memucat dan beku. Tak ada lagi senyum dan wajah kasih sayangnya
yang selalu mengisi hatiku. Aku mendekatkan wajahku padanya, memandanginya
tanpa berkedip, hingga dua tetes air mataku jatuh dipipinya.
“kenapa Randy, sekarang kamu ninggalin
aku, kenapa? kamu bahkan belum pernah memelukku. belum sempat mengucapkan
kata-kata terakhir yang bisa kuingat, bahkan kata selamat tinggalpun tidak ada.
Ya Tuhan, kembalikan dia padaku. Kembalikan dia Tuhan..” hatiku menjerit. Menjerit sangat keras. Tapi
ekspresiku terlihat kosong, aku terbengong seperti orang gila.
‘SELAMAT TINGGAL CINTA’
*
Tiga bulan sudah randy pergi meninggalkanku. Aku sudah mencoba
mengikhlaskannya, dan aku berjanji di depan nisan Randy. Demi impiannya, Aku harus tetap bertahan dan melanjutkan
hidupku dengan baik. Tapi maafkan aku jika aku kembali pada keyakinan bahwa aku
tidak percaya cinta lagi. Randy ku.
Dan Kini hariku kembali membosankan seperti dulu, seperti
saat belum bertemu randy. satu satunya temanku bercerita, dian. Tak lama lagi
akan pergi ke Thailand untuk mengejar mimpinya. Dan entah kenapa belakangan ini
aku mulai dekat dengan Egie.
Egie adalah seorang anak perempuan yang periang dan lucu. Gayanya sangat jauh
dari kesan feminim. Sanking maskulinnya, aku sempat mengira egie dan Randy
adalah saudara kembar saat pertama kali bertemu mereka. Mereka sangat mirip.
Mungkin karna pembawaannya yang periang, egie sering membuatku lupa jika Randy
telah tiada. Bersamanya aku kembali tertawa dan bersemangat menjalani
hari-hariku.
Sore itu, aku dan egie sedang pergi ke taman kota untuk
menikmati semangkuk bakso.
“gie, kenapa sekarang kamu dekat sama kakak?”
Egie tetap menikmati baksonya tanpa mengatakan sepatah
katapun. Sampai tiba-tiba egie yang duduk tepat dihadapanku menatap mataku.
‘JLEB’ tatapan itu. Tatapan mata yang sangat kukenal. Itu tatapan yang sama
percis seperti randy. Mata yang sama seperti mata seorang yang kucintai. Apakah
randy kembali hidup?
Untuk beberapa detik tatapan itu tak terlepas, kami terdiam tanpa kata. Entah
apa yang dipikirkan oleh egie. Tapi perasaanku mengatakan hal yang sama, itu
tatapan cinta. Apakah egie mencintaiku? ‘ah tidak mungkin’ langsung kupalingkan
pandanganku ke mangkuk baksoku.
“oya kak, sepertinya perbedaan umur kita hanya setahun. Aku
boleh gak, manggil nama aja sama kakak” sambil menyeruput minumannya, egie
membuyarkan lamunanku.
“hah, oh iya panggil chesa aja” dengan sedikit manyun, aku
juga menghabiskan minumanku.
“oya ches..” merasa tak terbiasa memanggil chesa, egie
terdiam. “nanti malam aku boleh tidur di rumah chesa lagi kan! Aku bosan
dirumah sendiri. Mama sama papa baru pulang besok ches”
“ah, iya boleh kok gie. Dulu juga kamu sering tidur dirumah
kakak, eh”
‘panggil chesa aja’, ‘tidur dirumah’ kenapa aku merasa anak ini tiba-tiba
menjadi begitu akrap.
ah sudahlah, diakan adiknya Randy. Adikku juga.
Ayah dan ibunya egie memang sedang menjalani bisnis Resort
di luar kota. Mereka sering pergi berhari-hari, dan meninggalkan egie -yang
kini menjadi anak mereka satu-satunya- sendirian. karena merasa kedekatan kami
sudah seperti saudara, egie sering menginap dirumah dan tidur bersamaku.
Malam ini seperti biasa kami mengobrolkan banyak hal sebelum
tidur. Kebetulan ada satu hobi kami yang sama. yaitu, suka membaca komik
hentai. Ya, walaupun komik jenis ini begitu fulgar, tapi kami sering bertukar
cerita tentang seorang tokoh tampan dan flamboyan dalam serial komik bernama
SUNSUKE.
“ah, andai saja pacarku setampan sunsuke” egie tertawa sambil mengacak acak
rambutnya “pasti rambut sunsuke tak jauh seperti ini. Hehe”
“ah,ngarep. Serem tau kalau pacar kamu seanime itu. Hahaha”
kami saling tertawa sampai akhirnya Egie tertidur, disampingku.
“hm, kamu udah tidur yah gie” aku memandangi wajahnya yang sendu “kamu tuh
mirip banget sama abangmu. Mata kalian sama” sekali lagi kupandangi wajah egie.
kali ini, mulutnya sedikit mangap. Dan aku tertawa pelan.
Aku membelai rambut egie yang tadi diacak-acaknya, dia
terlihat manis walaupun tanpa rambut panjang. ‘kamu enggak sadar gie, kamu itu
cewek yang cantik. Kenapa gayamu secowok ini’. Tanpa sadar aku sudah terlalu
lama memperhatikan egie yang sedang tidur. Kudekatkan wajahku padanya, dan
masih tanpa sadar, aku mencium bibirnya. Entah egie menyadari itu atau tidak.
Tapi Ini ciuman pertamaku, dan aku tak tau kenapa kuberikan itu padanya.
Sepertinya ada yang salah denganku.
#chery