Featured Post

Sakit

March 30, 2015

Pemahan Tentang Cinta Yang Telah Mati

"Kau akan berbeda, terkadang kau seperti buangan, tapi kau tidak kesepian. Kau memiliki kekuatanmu sendiri. Kau akan melihat kehidupanmu melalui matamu. Seperti halnya kehidupanmu, akan terlihat ,melalui  masa depan kita nanti."

Menangis. Dibalik arti namaku yang begitu indah -Namaku ceria- Hal itu tetap tidak menghentikan apapun dan juga air mataku. Terlalu banyak hal klise yang membuatku Patah Hati belakangan ini.

Aku telah kehilangan orang yang paling berharga dihidupku -Wanda- dan cinta dan segala kenangan tentangnya.

Saat pertama kalinya aku jatuh cinta, aku tak pernah menyangka cinta itu akan tertunduk dihadapan wanda.

Untuk wanda. Seseorang yang sama sekali tidak punya perasaan. Dia hanya datang padaku di saat dia butuh bantuanku. Dia baik saat dia inginkan sesuatu saja, dan parahnya dia tak pernah memberikan sesuatu apapun tanpa mengharapkan balasan.

Hai, wanda. Taukah jika Kau cinta terindah sekaligus yang terburuk yang pernah kukenal. Kenapa kau membangun jembatan kebencian di hatiku. Kenapa kau buat aku menjalani hari sebagai wanita yang malang, setelah kita pernah melewati jembatan tertinggi di Dunia bersama.

Aku sudah merasa kecewa atas sikap wanda yang meninggalkanku begitu saja. Belum lama ini. Disaat semua pengorbanan yang pernah kulakukan untuknya 'Atas nama cinta'.
Kini semuanya hanya menjadi omong kosong. Menjelma bersama rasa yang basi.

Seiring kepergian wanda. Maka, matilah sandaranku untuk mencapai harapan. Dan mati pula pemahamanku tentang cinta.
 
Kini, aku masih disini. Berjalan dalam jembatan kebencian itu. Bagiku cinta tak ada yang sejati, dan sahabat tak ada yang abadi.
Hanya impian bedebah ini yang membuatku berusaha Hidup dengan baik. Aku tak ingin masuk keruang bunuh diri sendirian dan mengecewakan kehidupan yang telah memberiku lebih banyak kesempatan di jalan lain.

Ya, baiklah. Berhenti bercerita banyak tentang wanda. Aku hanyalah wanita polos yang tak pernah memahami kajian tentang cinta.
Dan wanda hanyalah bagian kesialan hidupku, saat ketika cinta bukan hanya membutakan mata, tapi sekaligus juga membuat pandangan mata menembus dinding, seperti sinar X-Ray.

Memang butuh sedikit pengertian jika aku mempelajari cinta sendiri, tapi mengalami kesialan di tengah pelajarannya. Mungkin itu Karna tak ada bahasan tentang  cinta dalam mata pelajaran sekolahku dulu. Haha, Hanya pelajaran matematika dan logika yang memusingkan kepala.

Kini, usiaku semakin dewasa. "Hampir 25tahun, untuk ukuran seorang wanita pekerja yang cantik. Aku sudah tidak ingin PDKT dengan pria manapun. Karna ada luka kecil dihatiku, luka yang sangat kecil tapi tidak pernah sembuh. Dan aku takut, jika luka itu akan kembali berdarah, jika kubuka hatiku kembali untuk mencintai seseorang.
Dan mungkin ini jawaban yang akan kuberikan untuk pertanyaan "kenapa, gadis cantik sepertimu belum menikah?" begitu kata orang-orang.

Awalnya aku coba bersikap cuek. Karna ayah dan ibuku tidak pernah menuntut banyak, selain kebahagiaanku.  Lagipula aku sudah hidup terpisah selama 3tahun dari mereka.
 
Kegiatanku hanya bekerja di sebuah pabrik, dan mencari kehidupan_  Untuk diriku sendiri. Tanpa ada pikiran semacam 'aku akan menikah suatu hari' begitu.

Mungkin aku bukan wanita normal yang akan jatuh cinta suatu hari. Karna buatku kini, cinta hanyalah omong kosong atau Hanya bunga tidur.
Apapun yang terjadi aku tetap tak yakin pada cinta untuk seseorang dihidupku.

Terkadang energi itu muncul begitu nyata. Tentang mimpi-mimpi lamaku yang tak pernah terlupa.
Ketika cita-cita bertintah merah menggores buku tulisku bertuliskan 'aku ingin menjadi dokter'. Hah gila.


Energi itu amat positif, ketika aku ingin menjadi seorang dokter. Di masa kecil. Cita-cita lama yang sangat menyenangkan bila aku bisa menggapainya. Tapi terdengar mustahil karna usiaku sudah jauh tertinggal, Untuk kuliah kedokteran. Ditambah biaya kuliah yang tidak terjangkau.

Setiap pagi__aku berharap energi gila itu hilang. Lenyap. Dan takkan datang lagi untuk mengganggu hidupku lagi. Walau hanya melalui mimpi.