December 31, 2013

MUHAMMAD RIDHO

Di usia 17 tahun, aku pernah menghadiri sebuah konser musik Metal di medan. Waktu itu aku ketemu seorang Drummer  namanya 'jefri agista'.  Orangnya mirip Drummer band gigi. Band yang dinaunginya bernama Laknat.  Buat yang suka musik Metal mungkin nama-nama band seperti ini cukup keren.

Aku sama drumer itu sempet salaman waktu dia mau On Stage, dan dari situ aku sadar ternyata ada cowok yang tangannya selembut kapas. Dengan salaman khas gaya anak band (dibolak balik 3kali). Drumer  itu langsung ngelepas tangan aku, padahal aku masih terpana sama kelembutannya. :O

"wah, ni cowok gak pernah kerja" kataku dalam hati.
Entah kenapa setiap orang yang tangannya lembut, dikepalaku ada asumsi bahwa orang itu enggak pernah kerja. Mungkin karna didoktrin omongan kakak,kalau semua pekerja kuli telapak tangannya kasar .!!

Waktu dia pergi aku senyum dan mengalihkan pandanganku kebawah, aku bisa lihat ternyata betisnya drumer itu juga putih kayak cewek. Aku jadi iri.
#hee

Akupun lihat waktu dia perform bareng bandnya. Meskipun aku tidak tau satupun lagu mereka. Tapi suasana yang sesak dipenuhi anak-anak Metal cukup bisa buat aku menikmati penampilan mereka.
Beberapa cowok yang basah keringetan, seketika jadi terlihat seksi. xD

Dulu, suasana semacam ini sempat menghiasi  malam mingguku. Berhubung karna aku jomblo dan suka musik Metal. kondisi saat itu juga selalu mendukung untuk aku bisa Hang Out di malam minggu. Jalan-jalan kemana-mana. Beda sama sekarang, yang agak terkekang.

"aku bangga jadi anak medan"  itulah kata yang terinstall di kepalaku sejak aku mengenal beberapa orang yang terlibat dalam dunia Metal khusunya di medan. Bagiku anak-anak Metal, adalah pelajaran berharga dalam hidup. Aku selalu berfikir tentang 'hidup itu begini' kalau lagi bareng sama Mereka.
("hay.. Apa kabar kalian semua..??")

Aku inget waktu aku ketemu Jefri Agista, Rama, Serry, Guntur, Adam, Chika, Dan mereka semua. Waktu itu adalah terkahir aku nonton acara band Metal.
Karna ada satu momen yang membuat kepercayaan ortu tiba-tiba lenyap. Tapi gak bisa kuceritakan disini karna terlalu rumit.


**
Berlanjut waktu mulai kuliah, usiaku kini udah 19tahun.
Waktu masuk kelas baru. Entah kenapa aku ketemu temen yang wajahnya mirip jefri agista. Seorang Drumer bertahun-tahun lalu yang aku sudah lupa wajahnya.  Karna satu kelas akupun kenalan sama dia. Namanya Muhammad Ridho, ternyata mereka orang yang berbeda. Yang buat aku inget, ridho juga mirip sama Drumernya band gigi.

Kalau dari stylenya sih tidak terlihat potongan kalau ridho anak Metal,  bajunya selalu kemeja dan rapi.
Karna Ridho anaknya pendiam, aku agak susah kalau mau ngobrol sama dia.
Yang aku tau dia tamatan Istiqlal dan jurusannya Otomotif,  jadi otomatis ridho dikenal sebagai siswa yang jago pelajaran algoritma. Bahkan sejak hari pertama belajar Algoritma.

Awalnya aku kagum sama dia, tapi entah kenapa rasa ini lama-lama jadi suka, jadi sayang. Aku jadi sering memperhatikan dia diam-diam. Maaf ya Ridho.

Waktu pelajaran akutansi aku duduk deket ridho dan diam-diam gambar sketsa dia. Entahlah, aku fikir karna selalu pake kemeja dan rambutnya sedikit gondrong. Ridho mirip tokoh anime.
Dan aku juga akhirnya kaget, waktu ngeadd fbnya, dia ternyata pecinta Anime.

Kalau deket ridho, rasanya ada hawa aneh yang buat aku pengen ngajak dia ngobrol, tapi selalu sulit karna kecuekannya. Pernah sih basa-basi aku bilang ridho mirip seseorang namanya jepri -anak Metal. Tapi dia Cuma geleng-geleng. 'gak pernah ke acara metal?' katanya.
Dan dulu pernah juga aku minta nopenya, tapi enggak pernah ku sms. Mungkin karna enggak tau mau bahas apa, dan karna betapa begonya aku.

Lalu ada satu cerita, mungkin aku enggak akan  lupa sejarah ini. Waktu ada tugas PPn. Pulang dari kampus, Aku chatting sama ridho di facebook,  itu untuk pertama kali.
Dari profil fb katanya dia tak bisa hidup tanpa game online.

Akupun basa-basi tanya gimana caranya ngirim dokumen dari email. Dan ridho ngajarin aku dengan cara yang benar. Aku salah ternyata. Haha
Aku coba sebisa mungkin buat kesan kalau aku seorang cewek yang lucu yang sungguh2 mau jadi sahabatnya. Tapi sayangnya Ridho enggak berfikiran sama.

Secara singkat, hal-hal kayak gitu seakan ngasih sisi lain, Dibalik sifat diamnya itu dia cowok pintar. Dan ternyata aku bisa sedikit lucu dibalik sifatku yang pendiam ini.

Mungkin akan ada saatnya, atau mungkin tidak pernah ada saat. Ketika aku suka sama Ridho, dan itu suka banget,banget… Dan ridho akan tau.  Dan kita akan jadian.  Tapi -entah bagaimana perasaan dia sama aku.

Aku pernah cerita tentang Ridho waktu ngantri almamater. Tapi cerita itu berhubungan dengan hadi.

Kini, aku sama Ridho udah berpisah. Sejujurnya aku masih sering inget dia. Dia cowok pintar dan paling keren yang pernah kutemui dikampus. Aku inget pas terakhir ketemu dia, dia lagi pake helm naik kereta mau pulang kerumahnya di Deli tua. Aku tanya rumahnya dimana, 'Dekat RS, Alhidayah Katanya'.dia tetap gak banyak omong. Pandangan matanya tetap datar, dan itu yang buat dia terlihat keren.
Aku salaman sama dia, ngomong basa basi seperti biasa. Tapi dia tetap cuek dan sampai akhirnya dia melajukan keretanya.

Itu terakhir aku ketemu sama dia, terakhir kali lihat senyumnya, matanya dan juga mendengar suaranya.
 Dan begitu punggung ridho menjauh dari pandanganku, aku yakin aku enggak akan lupa hari itu.

Muhammad Ridho, salah satu Pertemuan singkatku. Dia yang buat aku percaya bahwa cinta akan selalu datang tiba-tiba dan pergi tiba-tiba.