September 04, 2013

Desain itu Mahal, jendral

Menggambar memang sudah menjadi kegemaran saya sejak kecil. Saya suka menggambar sebagaimana saya suka mendengarkan musik dan makan.
buat saya jika sedang bersemangat untuk menggambar, maka segala sesuatu yang indah -atau yang buluk sekalipun- akan menjadi objek yang menarik untuk digambar.

Meskipun saya hanya bisa menggambar seadanya dengan modal pensil dan penghapus. Tapi jika sudah menorehkan sesuatu di atas kertas, rasanya sesuatu yang mengganjal di hati saya akan hilang.

Saya ingat ketika zaman sma. Sore setelah pulang sekolah biasanya saya akan membawa selembar Hvs ke teras rumah, saya duduk lalu menggambar sesuatu. jika gambar itu bagus, saya akan menyimpannya di laci sekolah -entah apa maksudnya- saya akan membiarkan gambar itu sampai hilang. Tapi jika gambar itu jelek saya akan membuangnya.

Ya, dulu hal itu sering saya lakukan, karna ada seseorang di sekolah yang sering menginspirasi saya secara tidak langsung. Tapi setelah tamat sekolah. Sudah setahun belakangan ini saya sudah tidak lagi menggambar. Karna kesibukan saya bukan hanya untuk itu lagi.

Lalu suatu hari saya dikenalkan pada pak maruzar, direktur kampus sutomo sekaligus dosen psikolog. Ditemani mama saya, kami berkonsultasi dan berbicara tentang hobi lama saya yaitu menggambar.

Omong-omong tentang manggambar, pak maruzar ingat seorang temannya direktur sebuah organisasi desaign. dan Saya diperkenalkan oleh seseorang bernama pak andi yang menjabat sebagai Manajer DreamArch.
Dan saya langsung mau ketika ditawari belajar desain di DreamArch. Dari sinilah awal saya diajarkan tentang desain.
Ketika itu mama tidak berfikir panjang karna itu demi kebaikan saya juga. Meskipun harga yang ditawarkan menurut saya itu tidak sesuai dengan pelayanan yang diberikan.

Agak mengagetkan memang,karna  hanya untuk mempelajari Photoshop orang tua saya harus mengeluarkan dana 2juta rupiah. Dengan keringanan waktu kuliah bisa dipilih sendiri dengan pengajar yang profesional.

ya, Awalnya sih semuanya berjalan lancar, saya belajar dengan heppy dan menikmati ilmu tentang desain yang ada di DreamArch. Mungkin satu-satunya problem hanyalah kekesalan saya pada resepsionisnya yang songong. Beberapa kali saya hadir tanpa sepotong kata ataupun secuil senyuman dari resepsionis2 di sana. Mereka semua menyebalkan, sesekali pernah saya ajak ngobrolpun reaksinya cuma "eh, iya". *preett*
Bukan hanya sikap cuek para pekerja di sana. Yang lebih mengesalkannya lagi, saya pernah datang ke sana saat tempat itu tutup dan tidak ada yang memberi tahu saya. Ditambah jam belajar yang hanya 90menit tiap pertemuan membuat saya berfikir "rugi juga". jika ditotal, 1kali pertemuan 200ribu ditambah ongkos 16ribu ditambah bla, bla,bal..
Maka atas pemikiran itu, akhirnya setelah 8 kali pertemuan, saya berhenti untuk meneruskan bimbingan di DreamArch.
 Saya rasa, jika mau berusaha saya bisa malanjutkan belajar tentang desain secara otodidak.

dan saya ingin menyatakan, saya sudah menyukai Desain sejak saat pertama mempelajari Photoshop -sampai hari ini.
Buat saya selain hebat. Desain adalah cara lain, diluar dunia menulis yang mampu mengapresiasikan isi hati saya.

Tapi karna ilmu itu mahal. Akhirnya saya tak bisa melanjutkan bimbingan. Dan kini saya tau kenapa banyak orang pintar yang sulit membagikan ilmunya. Selain karna ilmu itu mahal. Mungkin mereka sulit untuk membagi ilmu yang dulunya susah payah mereka pelajari.
 Oiya, ngomong-ngomong jika kalian ingin bertanya. Bisa Contack Fp yang gak seberapa ini;Desain By Cherry