April 26, 2013

Taruhan Stupid


“Heh Banci mau lari kemana lo”
Ah, Sial Cowok itu lagi.
“Woi jangan lari Lo Banci”
Gawat,` 2 orang itu sepertinya masih dendam padaku.
Dengan langkah gemetar kedua kakiku berlari kencang. Entah dapat kekuatan dari mana aku bisa tiba-tiba menghindari orang yang postur tubuhnya jauh lebih besar dariku itu.     
 ‘yes, aku berhasil menghindar’

“Gila, Cepet banget Tu banci larinya. Udah biasa kali dikejar Hansip. Awas aja kalau ketemu lagi bakalan gue kasih perhitungan Cowok jadi jadian satu itu” tanganya mengepal kuat dan matanya menatap tajam ke mana mana.
Aku Meringkuk tak jauh darinya, aku mendengar suaranya, kakiku masih bergetar, nafasku tersengal satu-satu.
‘Sial Bau Got’ berusaha kutahan nafas sampai pria Berbahaya itu Pergi.

****
“Brakkk..” Kubanting pintu begitu masuk kamar.
“Ehh, Kenapaa lo” Kakakku menghampiri kesal. Wajahnya Bingung mengecil mirip cuplis unyil.
“Huh.. Ini semua gara-gara kakak Tau Gak !”
“Gara-gara Gue. Apanya (-_-)”
“iya, INI SEMUA KARNA AKU NGIKUTIN IDE GILA SETUJU TARUHAN SAMA KAKAK” dengan kesal aku mendorong dada kakak dan membuatnya hampir terjatuh menabrak pintu “Tadi ituh, waktu pulang sekolah aku dikejar sama cowok yang kemarin. Pake ngatain aku Banci lagi” wajahku berkerut kesana kemari, ingin rasanya aku teriak menangis. Tapi aku berusaha kuat sebagai laki-laki.
“Apa, Dikejar- kejar. Ha ha ha” Lagi-lagi wajah nya yang penuh jerawat terbahak meledekku.
“Ih, Lebay. M e n y e b a l k a n” aku membuka sepatu dan berlalu begitu saja. Kakakku masih belum berhenti Tertawa. ‘Sial ini semua benar-benar karna kakak ku Jovi’
Sampai di kamar Langsung Kurebahkan tubuhku di kasur. ‘Ahhh’ Kuacak rambutku yang sudah mulai Seleher kututupi mataku dengan Bantal, kucoba untuk tidur tapi pikiranku menjelajah kemana mana. Bagaimana ini ?!! Semuanya jadi Kacau, AArrrgghhh sekarang Aku dicap Banci. Bukan karna wajahku yang cantik sebagai laki-laki, bukan karna rambutku yang hampir gondrong, tapi karna kak jovi dan temannya kak erin telah menjebakku. kemarin malam saat kesadaran ku dibawah pengaruh alkohol. Kami taruhan, Aku ditantang Mencium Seorang Mahasiswa Hetero yang terkenal Playboy di Kampus dan brengsek di luar kampus. Dan gilanya aku menurut saja.

{Flashback }                                               
 “eh, kita Minum dulu” Kak Jovi menarik tanganku dari belakang. memaksaku seenaknya.
“Gak Kak udah malem, pulang ih aku malu masih pake seragam sekolah. Nanti ada yang lihat hari gini belum pulang” aku menolaknya halus. Tapi kak jovi tetap tak mau.
“Tunggu dulu Indira, kalau kamu pulang dirumah juga gk ada apa-apa. Kita makan dulu kalau kamu gk mau Minum. Oke. Liat nih jam tangan kakak masih jam Sebelas” sambil menunjukkan jam tangannya kak Jovi Menenggak botol minuman hijau itu. Dia setengah Mabuk,tak mungkin aku meninggalkannya akhirnya aku terpaksa duduk menemaninya sampai dini hari.
Aku tak tau ini makanan apa. Teman Kak jovi yang memesankannya sebelum dia pulang. Namanya kak Erin. Karna terkenal sering Nongkrong di daerah ini kak Erin tau betul menu makanan special apa yang dijual di kafe bertema Punk ini. Aku memintanya memesan 2porsi. Dengan nama LePak Jahannam 48, aku sudah jauh Horor mendengar namanya apalagi ketika menatap seonggok daging yang disediakan. Warnanya Merah padam sesuai tema Kafe dan Nampak seperti bukan santapan makan malam.
‘hum’ baunya cukup enak. Tak ada salahnya mencicipi kuliner berbeda sesekali. Akupun menyantapnya setelah kucucuk garpu. Belum lama kumengunyahnya, jus jerukku pun belum datang.
“Blah..Huek pedas sekali rasanya". Kerongkonganku serasa Terbakar. Haahh… Pedas sekali Mana Minumnya …
Tak bisa menunggu lagi satu satunya minuman yang ada di mejaku hanyalah minuman ‘kencing setan’ yang sudah membuat Kak Jovi mabuk. Ah, aku tidak peduli ini Darurat.
“Glek, Glek” Kutenggak tanpa ampun minuman yang terasa seperti Spirtus itu. Kak Jovi hanya tertawa pelan. “Hey itu Alkohol gue”                                      
  ya, sebelumnya aku tak pernah minum minuman Haram ini. Lagi-lagi ini karna kak Jovi. Entah kenapa setelah pedas di mulutku hilang Tiba-tiba aku merasa Ringan. Pandanganku jauh ke depan, aku tak memikirkan hal lain. Aku merasa damai, seakan terngiang dentingan Harmoni merdu membuatku Fly Away.
“Hahaha Gue Mabuk. Aseekkk” Omonganku tak terkontrol lagi. Semua yang kufikirkan saat itu terucap begitu saja. Hidupku tanpa Beban. Beginilah rasanya orang Mabuk..
‘Waktunya Party…’ Dug, Deg, Dug, Deg.
Musik menggema begitu Keras di ruangan, tanpa sadar aku dan kak jovi sudah tertidur 2jam dilesehan kafe karna mataku terasa berat. Tak ada yang membangunkan kami karna tempat ini biasa semakin ramai di malam hari.
Tiba2 gue terbangun.
‘Ah, baju gue. Sumpah. Gue harus pulang sekarang’ aku menarik jaket tipis kak Jovi melingkarkannya di leher ku. Setidaknya ini bisa menutupi Simbol Sekolahku agar tak ada yang melihat.
“Kak, ayok pulang” aku menarik tangannya. Tapi sepertinya dia mabuk berat.
“Hm__” hanya itu sahutannya
“Sial. dia masih mabuk” tanpa fikir panjang aku pergi ke Toilet mengambil segelas air. Aku akan menyiram kak jovi agar dia bangun.
‘plak’ tangan itu tiba2 menghalangiku ketika aku hendak menyiramkan air ke wajah kak Jovi
“Jangan Dira, nanti dia basah” Suara kak erin. Ternyata dia datang lagi. Mencoba menenangkanku karna aku juga masih setengah sadar.
“Eh, lu kira gue mabuk sampe gk bisa bangun. Gue Cuma belum mau pulang aja” kak jovi membuka matanya dan langsung duduk di sampingku. Tangannya melingkar di punggungku.         ‘kak, kenapa sekarang kakak kayak gini !’aku menatapnya sedih.

Memang semenjak kepergian mama. Banyak hal yang membuat kak Jovi berubah. Dia belum siap menjadi tulang punggung keluarga, dia juga belum siap menjaga ku sebagai adik satu-satunya ini. Memang Usia kami hanya terpaut 2tahun. Dan dia bukan kakak kandungku, kami berbeda agama. Padahal sudah sejak sepuluh tahun lalu mama merawat dan menjaganya sama sepertiku. Aku menyayanginya meskipun kadang tingkahnya membuatku sangat Kesal. Aku memaklumi semua kelakuan nya. Karna sejak kecil aku dan kak Jovi sama-sama tidak pernah merasa kasih sayang ayah.

“Jov, lo liat gak tuh si Ikran. Gayanya buat gue Kebelet boker” kak Erin tiba-tiba membuka pembicaraan yang amat tidak penting. Sudut matanya memperhatikan seorang pria Tampan bertubuh Biseps yang tengah merangkul wanita cantik berpakaian semi Lingery.
“Eh itu ikran mantan lo, yang udah tega Nyampakin lo ke tong sampah hah” dengan ngawur kak jovi menyambung perkataan kak erin. Kak erin tersenyum kecut, sambil melintir lintir rambutnya.
Mendengar apa yang mereka katakan aku seperti menyimpulkan sesuatu. Ah, sudahlah ngapain aku ngurusin mereka.
‘ Ikran. Gue akan buat lo malu malam ini’ kak erin menatapku teliti, sesekali mengedipkan matanya     “Ehm, Dira lo mau gak pulang naik Mobil Silver gue” masih dengan tatapan nakalnya kak erin meletakkan kunci mobilnya di depanku. Aku tidak memperhatikan kunci itu. Aku malah lebih memperhatikan tubuh kak Erin yang putih mulus, belahan dadanya terlihat jelas di balik tangtop merah jambunya.
 “hey, ditanyain malah bengong. Mau gak gue pinjemin mobil gue” sergahnya lagi
“e-eh Ma-mau dong kak. Itu mobil impian gue sejak masih sekolah menengah. Gak kebayang gimana cewek2 bakalan histeris kalau liat gue naik Mobil Ferari kakak ” aku mengalihkan pandanganku tanpa berfikir curiga “tapi apa yang harus aku lakuin biar bisa pake mobil kakak ?”
“Gampang, Lo Tinggal Deka__”
“Oke, gimana kalau kita Taruhan. Siapa yang menang Dapat ini” kak jovi tiba-tiba memotong pembicaraan kami. Dia meletakkan kunci kereta Ninjanya di atas Meja.
“taruhan !!” sergahku masih tak mengerti
“Oke Jov, kalau lo menang bisa bawa ini” kak erin pun menyambung permintaan kak Jovi, sambil menimpakan kunci mobilnya di atas kunci kereta. “Dira, lo punya apa. Letakkin disni”
“Apa, gue gak ikutan. Duit gue juga tinggal 200ribu disayang sayang” ulasku tak penting
“udah, ikut aja biar seru” Kak jovi menarik dompet di celana belakangku dan meletakkannya pula di antara kunci kunci itu. Kami bertiga saling pandang.
“Oke peraturan Taruhannya dari gue yang modalnya paling Gede” sergah kak erin sambil menenggak minuman yang sama seperti kak Jovi. Perlahan kak erin ikutan mabuk.“Gue pengen Lo (siapa yang berani) deketin si ikran. Trus lo cium bibirnya, kalau bisa sampe lo Gerayangin Badannya. Buat dia Horni. Gimana berani Gak ?“ kak erin menatapku dan kak jovi bergantian.
“Oke, Gue berani” masih di bawah pengaruh alkohol. Aku langsung berjalan Rileks, mendekati pria tampan yang dimaksud kak Erin. Semakin jauh dari kak erin, lampu kafe terasa semakin redup. aku berdiri di dekat pria itu, aku mencari kesempatan. Saat wanita yang tengah bersamanya pergi, aku langsung Menarik lengan laki-laki itu, menciumnya dan membuatnya gerah. Aku bisa merasakan laki-laki ini memang brengsek. Dia bahkan tidak peduli pada siapa saat ini dia Berciuman. Yang pasti dia sangat menikmati ciuman dariku dan harus kuakui ini ciuman terbaik yang pernah kumainkan. Dia sangat lihai, sampai aku benar2 meraba seluruh bagian tubuhnya, sampai apa yang di balik celananya. Penisnya berdiri tegak ‘sempurna’ gue menangin semua taruhan kak Jovi dan kak erin. Aku tersenyum simpul menghentikan semua percumbuan gila ini.
“Eh, tunggu cantik, mau kemana kamu. Kamu Hot banget malam ini. Nama kamu siapa ?” laki-laki ini (ikran) kembali menarik tanganku. Merangkulku dari belakang dan menciumi rambutku sampai leher. Ah, Sial. Tempat ini terlalu sedikit cahaya. Dia fikir aku seorang wanita. Rangkulan itu sama sekali tidak kunikmati, aku malah jijik sampai akhirmya dia meremas dadaku. ‘Deg, mampus Gue’
“Anjing,Lo banci ya” laki-laki itu menyalakan lampu blackberry nya. Dia melihat wajahku sekilas sontak langsung mendorong tubuhku. Akupun bergegas pergi darinya. Tapi Sialnya dia sempat melihat Simbol di baju Seragamku. ‘sial kalau begini dia bisa mencariku ke sekolah.                   
 Aku berpapasan dengan wanita yang bersama laki-laki bernama ikran tadi. Dia tampak bingung. Tapi kehadirannya membuat ikran tak jadi mengejarku.
Aku kembali bersama kak Jovi dan kak Erin. Mereka berdua menertawakanku. Memujiku dan mengatakan tidak menyangka aku berani melakukan itu. Tapi seperti perjanjian awal aku menang taruhan bodoh ini.
“Thanks ya Dira. Dia pasti bakal malu banget kalau satu kampus tau hal ini” kak erin memandangi ponselnya. Ternyata adegan asoi antara aku dan ikran diabadikan oleh kamera androit kak erin. Biarlah, aku tak peduli. Karna wajahku tak terlihat jelas di rekaman itu dan yang pasti aku mendadak kaya hari ini. Haha ha
Aku tersenyum sumringah. Kak jovi dan kak erin tetap pada kebusukannya yang tak berbatas.

****
‘Tok, tok’. Kak jovi mengetuk pintu kamarku. Dan masuk begitu saja.
“Indira, Maafin gue ya, selama ini gue gak bisa jadi kakak yang baik buat kamu. Harusnya kakak bisa lebih ngejagain kamu malam itu. Bukannya ngebiarin kamu nurutin apa yang diperintahkan erin” kak jovi mengatakan itu dengan tulus. Ya, aku bisa mendengar logat bicaranya agak lembut dan penuh kasih sayang.
Aku masih sangat kesal. Meskipun sepenuhnya ini bukan salah kakak, aku juga dibawah pengaruh alkohol saat itu. “yaudah kak bukan sepenuhnya salah kakak juga” aku menatapnya sejenak lalu memunggunginya
‘aku mau istirahat’ aku kembali memejamkan mataku. Tapi dia tidak segera beranjak pergi. Dia malah ikut merebahkan diri di kasur kecilku. Kak jovi memeluk punggungku hangat dan membuatku tidur nyaman. Terkadang saat-saat seperti ini membuatku rindu pada mama. Tapi sekarang mama sudah tidak bersama kami. Hanya tinggal kami berdua. Dan aku hanya bisa berharap kejadian seperti kemarin tak akan terulang lagi.