September 27, 2022

Pil Pahit yg harus ditelan (1)

Aku tidak bisa melalui semuanya sendirian, karna itu aku meminta Allah yang membantuku.


Jika Allah bilang untukku, maka akan untukku.

Kun Fayakun.


Selama ini -dan sampai kapanpun- aku tak berani melawan Ibu.

Tak lancar bicara dengan saudara-saudara meskipun membicarakan kebenaran.

dan juga tak berani menjawab statement suami.

Semua itu karna aku manusia, yang lemah.


Tak ada yang bisa membantuku selain Tuhan.

Karna hanya Allah yang maha segalanya.

Jangankan untuk hal yang besar, hal yang paling kecilpun akan terbantu.

stay think +


September 25, 2022

Keluarin unek-unek gihh


Badanku masih berat dan kepala masih sedikit sakit, bebanku belum sembuh total.
Keuangan mulai menipis,dan aku mencatat baik-baik pengeluaran apa saja yang udah terbeli.
Miris sekali hidup ini. Manusia kerja untuk uang sampai lupa jaga kesehatan.
tapi lalu saat sudah sakit uangpun keluar untuk biaya berobat.
Yang kaya makin kaya, yang miskin makin melarat. Oh God

September 21, 2022

Other Side


Akhirnya jadi juga Gajiannya.
Uang 500ribu lenyap begitu saja bagai tertiup angin. Fuhh..
hanya untuk beli susu, beras dan makanan, maka uang yang dicari susah payah sampai berhari-hari akhirnya raib sekejab mata.
Sungguh ingin sekali aku hidup banyak uang. Banyak uang banyak berkah juga  tentunya.
karna hidup tak hanya hari ini saja, hidup yang singkat untuk dunia, tapi terlalu lama untuk ibadah.
Adakah cara keren untuk mendatangkan harta.?
‘mungkin banyak berzikir bisa menjadi salah satu caranya’
Karna hari ini aku bisa paham. Kalau uang banyak, rumah tangga bisa makin bahagia. Kalau bahagia tercipta, maka dunia akan terasa tentram. Jika ketentraman sudah dimiliki, maka melaksanakan ibadah tak lagi berat penuh alasan.
Akupun nyaman, anakpun tak rewel, suami juga enjoy.
Wkwk..
So, kalau memang ingin kaya harta?
Minta sama Tuhan.

September 20, 2022

Nunggu Gajian


Sejak terbangun di subuh hari, Doaku Cuma satu “Semoga hari ini abang gajian”
Karna disamping paket vitamin anak seharga 140,000 sudah datang, aku juga kepikiran uang belanja untuk hari ini benar-benar sudah habis.
Susah memang. Jadi orang susah memang Susah.
Aku baru merasakan susahnya hidup susah setelah pergi dari lingkungan keluarga dan mandiri bersama suami.
Yang tadinya mau makan tinggal makan, mau beli tinggal beli. Sekarang semuanya harus dipikirkan matang-matang.
hal yang sepele seperti beli jajan –seribuan-pun harus diperhitungkan, agar tidak kekurangan di masa yang datang.
Dan lagi orang susah itu tak ada yang mau tolong, tak ada yang mau anggap.
Sudah merasakan sakitnya kelaparan, harus ditambah lagi sakitnya dihina orang dan dipandang rendah, apalagi ketika kita minta tolong, pinjami uang.
Yang ada bukan dibantu, tapi malah dihina dan ditinggalkan.
Luar biasa memang hidup ini, yang kaya makin jaya, yang susah makin melarat.
..Kalau dulu aku pernah dengar, orang susah itu sensitive. Aku hanya sekedar dengar, tak pernah merasakannya. Tapi sekarang aku sudah merasakannya.
Orang susah itu lebih peka menerima tanggapan orang lain, dan juga lebih mudah sakit hati. Karna itu berhati-hatilah bertindak dan berbicara.
Kelak, jika roda sudah berputar dan aku tak lagi susah. Aku tak akan foya-foya, aku akan bantu mereka yang susah tanpa rasa Sombong.
So, Terimakasih atas hinaan-Nya. Dan masalah anakku kurang asupan gizi, mulai sekarang aku akan buktikan jika anakku akan jadi yang terbaik. Unggul dari semua segi dibanding anak-anak orang lain.
Karna akulah ibunya. Akulah yang berhak seribu persen atas tumbuh kembang dan segala yang ada dalam diri anakku.

September 17, 2022

Flural


Hidupku yang Acak dan Abstrak, penuh Omong Kosong yang Haquiqui.
Ya, aku baru saja mendapati sebuha fakta baru tentang keluargaku. Dimana sosok ibu, telah mempercayai jalan sesat untuk bertemu seorang ‘dukun’ dan minta kaya.
Haha, terdengar konyol sekaligus pem-bo-do-han.
Ketika bekerja secara normal, tak memberikan hasil yang di inginkan, maka jalan tempuh untuk mempercayai dukun pun diambil.
Ironi sekali.
Bathin.
Suamiku tak lagi membuat bathin nyaman dan bahagia.
kurasa dia terpengaruh oleh sesuatu di luar sana.
Aku butuh bertemu Psikolog, ahli agama, atau apapun itu untuk membantuku mengatasi tekanan bathin ini.
Sungguh menyiksa rasanya, tubuhku oyong, kepala pusing, mata sayu dan lemas.
tapi suami malah memaksa dan selalu menyalahkan segalanya padaku.
Aku sudah memperingatkannya tadi. Janji-janjinya itu, dia jangan sampai lupa. Aku sudah member kesempatan ke2 untuknya agar bisa berubah.
tapi seperti yang nyata adanya, watak yang sudah mendarah daging takkan segampang itu membolakbalikkan-nya.
Bukan sekali dua kali kukatakan aku tak suka mulut kotornya yang kerap memaki itu.
tapi boro-boro berhenti memaki, kian hari malah makin parah saja.
Dan hari ini aku mengenal beberapa sosok ‘yang nyatanya’ tak pergi meninggalkan dan malah mau membantu di kala aku susah.
Yang pertama adalah kakakku yang mentransfer 50rb saat kondisinya pun krisis, yang kedua adikku yang tf 50rb jg, dengan harapan dia akan mulai tinggal di sini besok senin, dan  yang terakhir itu Masia anak sulung Alm,Wak ateng. Yang bukan hanya meminjamkan tapi memberiku Cuma-Cuma 150rb.
Demi Apapun !
Aku takkan lupakan kebaikan saudara-saudaraku itu.
Dan ada 2 orang yang ternyata ‘Pergi’ ketika aku susah.
yang  pertama itu bg Firman, yang dulunya kukira adalah seorang penyelamat, ternyata diam-diam memblokir WA dan tak menjelaskan apa-apa. Padahal kalau dia tak bisa membantu, bilang maaf saja cukup. Tapi jika dia memblokir WA q, itu artinya, kami akan kehilangan kontak selamanya.
Mungkin, perkenalan kita cukup sampai sini saja.
Nama yang kedua itu bg Ferdy, yang dari omong besarnya seolah mau menggantikan posisi suamiku.

Chance

Kesempatan itu tak pernah datang dua kali.

Ya, Well. Khususnya Kesempatan Bagus.
Seperti kesempatan aku bisa berkabung bersama PT, Dirga Tio. 
Aku dapat kesempatan bisa bekerja di Taman Wisata Mercy Medan Johor. Sebuah tempat keren dengan Managemen terarah langsung dari Pimpinannya.
Di tempat itu aku bertemu dengan banyak anak cantik dan ganteng. Bertemu rekan kerja yang beragam, dan bertemu banyak jenis tipe Manusia.
Aku menyukai keindahan tempat itu, Panorama di sore hari, pepohonan yang tertiup angin, Air jernihnya di pagi hari, bahkan suara music berulang yang terdengar setiap hari.
Mungkin, Suasana seperti takkan kulihat lagi di masa depan.
Tapi saat menjalani hari bekerja di sana, aku menyadari akan satu perbedaan. Bahwa aku tak sama dengan kebanyakan teman dan rekan yang juga sama bekerja di sana.
Yaitu, aku tidak Cantik seperti mereka, saat kulihat kulit mereka yang bekerja di sana semuanya putih dan bersih. Berbeda dengan kulitku yang dekil penuh cap uler sawah. Dan ini adalah kondisi yang tak bisa dipungkiri, aku dilahirkan dengan takdir kulit yang seperti ini.
Ditambah usiaku yang udah 28 tahun, membuatku tak nyambung dan masuk dalam pergaulan mereka.
Aku juga sudah berumah tangga. Ya, seorang ibu dengan mental lemah yang akan langsung down begitu dapat teguran.
Banyak. Banyak yang tak bisa terjelaskan.
Hanya intinya, aku dapat kesempatan bekerja di sana di saat yang sudah tak tepat. Di saat sudah terlambat, ketika bukan lagi waktunya aku Berpacu. Mungkin jika kesempatan itu terbuka di Usiaku yang dua puluh tahunan, aku bisa melakukan segalanya lebih maksimal. 
Tapi waktu tak bisa kembali, dan masalahpun bermunculan.
Aku bertengkar dengan suamiku, Dan semakin aku makin hancur ketika tinggal di rumah ibuku.
Saat seperti itu, janji semu muncul kembali. Laki-laki itu bahkan bersumpah akan membuatku lebih bahagia –jika aku ikut bersamanya lagi.
tapi Nol, watak yang sudah mendarah daging tak mungkin bisa berubah kilat.
Hari ini, aku mulai merasakan dampak kata-kata Kotornya itu.aku tak tau. Mungkin itu akan membuatnya menjemput ajal lebih cepat, atau malah membuat kesialan akan kian bertubi menimpa rumah tanggaku.
entah ! waktu akan menjawab itu. 
Apapun itu, kuharap segala yang terbaik.
--
Dan aku juga makin menyadari 1 hal. Hal terlambat yang terjadi bisa jadi mungkin karna aku yang selalu menunda melakukan ini dan  itu.
Aku harus gerak cepat, Tak harus sempurna, yang penting dilakukan dengan nyata.
Seperti beberapa menit lalu sebelum aku menulis di sini.
Aku baru saja mengeCat Pintu Rumah itu, yang selama ini hanya angan, akhirnya bisa terealisasi walau setengah jalan.
++


September 16, 2022

Bunga di Pekarangan Rumah nenek

 Dulu, Halaman rumah nenek penuh dengan bunga kertas aneka warna.
Ada juga bunga melati dan anggrek.

Tekhnologi belum semaju sekarang.
Satu-satunya kecanggihan tekhnologi di rumah nenek adalah Televisi dan Telfon Rumah.

--

Lalu, tulisan inipun tercipta.
Tekhnologi sudah sangat maju di tahun 2022 ini.
Tapi hal yang berbeda jelas terlihat di halaman rumah nenek.

yang awalnya disemen karna ingin dibuat tempat jualan.
Sampai akhirnya satu-persatu pergi meninggalkan kampung halaman.

Kakek dan nenek juga ikutan pergi meninggalkan Dunia.
T_T

Rasa rindu yang dulu sangat membuncah, perlahan kini, terobati karna kehadiran si buah hati.

Satu-satunya bunga yang tersisa adalah sepucuk bunga mawar merah jambu.
yang kinipun sudah hampir layu.



September 13, 2022

Pulang & anakku


Aku tak mau pulang kesana, aku tak mau anakku dihina.
Aku memang bukan ibu yang baik, tapi aku tak ingin disalahakan, sama seperti yang lain, sepertimu juga yang tak pernah mau disalahkan.
..
Anakku yang Cantik, maafkan aku Ibumu.
Aku hanya pandai menidurkanmu.
Tapi aku tak pandai menyuapimu makanan. Sampai kau susah makan, sampai kau tak mau makan.
Aku hanya membuatkan susu, yang itupun sudah hampir habis, tak akan sampai terbeli -menunggu sampai ayahmu gajian-.
Maafkan aku Ibumu. Tak memberimu gizi terbaik, sampai kurang gemuk badanmu.
Ibu hanya selalu berfikir, Anakku adalah yang terbaik dan terpintar di Dunia. Yang ketika kuberi roti, menghabiskannya dengan mandiri, tanpa bantuan siapapun.
Meskipun belum dua tahun, anakku punya pikiran yang cerdas. Bisa memahami situasi, pintar bicara, dan tau menempatkan diri.
Anakku tetap yang terbaik, tercantik di Dunia.
Dan aku, tak akan menuntut apapun darimu, berharap apapun darimu, selain kesehatan dan kebahagiaanmu.
Aku takkan melukaimu seperti ibuku melukaiku. Sampai aku enggan untuk pulang meskipun sangat rindu bapak.

T o x i c


Toxic itu judul yang udah lama mau ku ketik disini, tapi baru kesampaian sekarang.
Aku sedang membenahi hidupku, hariku, tujuanku.
meskipun entah kenapa, perutku selalu lapar, dan mulutku selalu berselera menelan apapun akhir-akhir ini.
Uang di kantongku tinggal tiga ribu rupiah. Beras yang tersisa mungkin cukup untuk 2 hari lagi, susu anakku juga sudah pasti akan habis tak lama lagi. Tak ingin dipikirkan, hanya ingin pasrah saja. Meski nyatanya nunggu gajian suami seminggu lagi.
Aku coba pilah siapakah yang bisa membantuku di saat seperti ini ? adakah ?
Di kontak Hp-ku tak ada siapapun yang sepertinya bisa membantu. Mungkin hanya bg Firman, ex Friend ketika berkesempatan bekerja di mercy. Itupun tak boleh berharap dipinjamkan uang tanpa bunga.
So, saudara ? Haha 
Dari pihak suami, apalah daya, mereka juga susah, malah bisa jadi lebih susah daripada kami.
Kalau saudara dari pihakku, yang sudah jelas-jelas tak begitu susah, bisajadi mereka bisa bantu. Tapi aku tak mau dipandang hina.
Terkhusus, dihina sama ibu kandung sendiri soal suami tak bisa cari uang, dan soal anak yang tak diurus dengan baik.
Ah,, enough, is enough.
mama berantakan luar biasa, yang sudah pasti takkan mampu membenahi hidupku.
Aku bahkan tak suka lagi berkunjung ke rumah mama, yang dulunya adalah rumah paling nyaman dan kusukai.
Karna setiap kali pulang membawa putri kecilku, mama selalu bilang, anakku kurus, tak dikasih makan, kurang asupan, tak kasihan, bla,bla,bla.
CUKUP !
Anakku yang cantik dan pintar ini entah kenapa mama bandingkan sama anak kakakku yang Cuma menang ‘gendut’itu.
Berkata seolah mama yang kasih uang untuk membiayai hidup. Tapi sebagai seorang ibu –yang masih baru- itu cukup melukai perasaanku.
Rasanya kalau bukan karna barang-barang milikku yang tertinggal dirumah, aku tak sudi lagi datang kesana.
seperti rasa kecewa yang tak ada obatnya. Mulai dari tempat berteduh, para saudara, tetangga, dan kenyamanan hidup. Aku fikir, Jatikesuma Namorambe adalah sebuah Jalan dan Tempat yang Layak untuk ditinggalkan. Kalau perlu SELAMANYA.
Kembali sama Toxic a.k.a Racun.
Sekelilingku, semuanya Toxic.
Keluargaku adalah Toxic.
Papa yang sekarang sudah kehilangan wibawa, serta tanggung jawabnya sebagai pemimpin. Everything, dikendalikan sama Mama, yang berantakan luar biasa, tapi selalu ‘sok pahlahan’mengatasi semua kesulitan orang lain.
Adek cowok, yang menempel seperti parasit pada orang tua, yang dari hari ini saja sudah terpantau masa depannya -yang tak akan jadi apa-apa tanpa mama-.
ditambah satu sosok lagi sumber masalah, si paman pengguna narkoba, yang kian hari hidupnya kian memprihatinkan. Yang takkan bisa bertahan hidup tanpa menyusahkan orang-orang disekelilingnya.
Ya.. itulah kenyataan.
Bukan menjelek-jelekkan, hanya bicara fakta dan ungkapan kegondokan isi dada.
Atas dasar itulah, akhirnya aku ikut sama suamiku. Meskipun suami juga sumber Toxic. Setidaknya hanya ada satu toxic yang kuhadapi setiap hari. Dibanding aku harus hidup di sana dan menghadapi semua toxic yang ada.
Dan, meskipun suami sumber toxic, terkadang suami juga yang menjadi penawar dari toxic.
Bersamanya, Aku bisa Gondok setiap waktu, tapi sekarang, dialah yang menghidupi dan mendanai aku dan anakku. So, aku harap aku bisa lebih sabar lagi dalam menghadapinya.

September 04, 2022

-yang terlewatkan-

 

Minggu pagi, 
Sudah lama sejak terakhir kali aku bisa bangun pagi, dan mengambing hitamkan suami dan anakku untuk kekesalan setiap kali bangun siang.
Well, baru saja kupandangi wajah suamiku yang sedang tidur itu. Sangat rupawan,seperti manusia tak punya dosa. Tidak salah lagi dia adalah ‘doa terkabulkan’ salah satunya dihidupku. Karna keindahan raga,yang bisa kunikmati setiap kali aku dia sedang tidur.
Karna sebelum menikah dengannya, aku diperlihatkan wajah buruk dari seorang laki-laki –yang baru saja bangun tidur- yang kukira dialah jodohku, namun tak pernah dimudahkan.
Hey.. kenapa aku malah sedikit mengingatnya pagi ini.
apakah makhluk itu sudah pulang ke tanah air, setelah bertahun meninggalkan segalanya di sini. B*GS*T
--
Pagi ini, Hmm.. Maksudku mulai hari ini, aku ingin memulai segalanya lagi.
Kesempatan yang sudah hilang, saat aku mendapat peluang pekerjaan keren di wisata mercy.
Harapan hidup yang terganti, saat aku meninggalkan usaha Fotocopy dan pindah ke Tembung ini.
Everything has chance.
--
Aku ingin bernafas dengan helaan dan kelegaan yang baru, yang lain dari yang selama ini kurasakan.
Karna tak bisa juga kusalahkan suami dan anak manis yang saat ini ditakdirkan kepadaku.
Meskipun pernah kusalahkan suamiku, atas semua kekesalan –dan waktu yang kuanggap terbuang sia-sia bersamanya-.
tapi itupun tak akan mengubah apapun.
Ini takdirku, rahasia Allah yang ditakdirkan dalam hidupku.
aku harus menjalaninya sebaik mungkin apapun yang ada di depanku.
Waktu tak bisa diputar ke belakang, untuk semua kerusakan, dan kesalahan.
Yang terlewatkan, biar berlalu dan menjadi kenangan.
meski sebagian masih tertinggal di catatan.akan kutata sedikit,kembali untuk tak pernah menghilangkan momen begitu saja.
Salam Cinta :3