November 30, 2019

Hari terakhir di bulan November.



Aku bangun tidur, dan merasakan badanku lelah sekali. Remuk.
Aktifitas fisik gak terlalu banyak, tapi pikiran cukup terkuras.

Begitu membuka mataku di jam 7 pagi, suara nenek langsung menrepet tanpa jeda. Aku harus belanja, mencuci Seprai, menggiling cabe, nyapu rumah, sampai beli beras.

Entahlah, nenek yang tinggal satu-satunya di keluargaku ini, sering kali begitu.
Aku menemaninya setiap hari, tapi perkatannya padaku kerap kali membuatku jengkel.

Dan aku sudah mulai mengosongkan kembali hari-hariku dari kehadiran makhluk Laknat –pembawa pisau daging, yang selalu mencabik hati- yang kusebut laki-laki.
-Dan aku takut, bulan depa alice kecil benar-benar ingin hidup denganku.

Ingin rasanya aku bernazar, jika bulan 12 nanti, Alice kecilku gugur, maka aku harus benar-benar menjauhi manusia  Laknat itu.

Aku harus ingat, bagaimanapun ceritanya, dalam sebuah hubungan yang Intens.
Kontak fisik hanya akan menguntungkan laki-laki dan merugikan Wanita.

Well, Sekian Dulu muntahanku hari ini.

By:Cherry Alfitra

November 04, 2019

MITOLOGI APASSIH

=-=]

Dewa Playboy bertemu Ratu Perawan

Entah siapa yang mengarang kisah para Dewa dan Dewi dalam mitologi Yunani.

Apakah itu esensi dari para Dewa.

Malaikatkah atau sejanis manusia setengah Tuhan.

Entahlah..

Mitologi itu menyiprat sedikit dalam secuil bagian kisah hidupku.

_=

Andai dulu aku sang Dewi Perawan tidak bertemu dengan Dia sang Dewa Playboy. 

Mungkin hidupku hari ini bisa jauh lebih bahagia.

Mata tajam yang menatap langsung mengenai lubuk perasaan.

Tak bisa tertolak dan terbantahkan karna sudah ditakdirkan begitu.

Tapi sang dewi yang begitu suci, nyatanya memang hanya bisa mencintai sepenuh jiwa sang Dewa yang sudah kotor jauh sebelum mereka bertemu.

Dewa Dion dan Dewi Virgin. 

Hanya bertahan dari sebatas rasa Cinta saja.

Tidak bersatu untuk selamanya dalam ikatan Jiwa.

Dewi perawan tetap mencintai dan menghargai semua yang pernah didapat dari Dewa itu.

Aku mencintai sang dewa bahkan sampai aku mulai kehabisan waktu dalam hidupku.

Sampai aku mati dengan tenang di ranjangku yang hangat, ditemani oleh kesetiaan yang sama sekali sia-sia.

Sedangkan  Dewa Bajingan, tidak pernah menyadari dan menyesali sedikitpun semua Tindak tanduknya selama Mencintai Dewi Suci.

Sampai Dia kehabisan waktu, dan mati di ranjangnya yang lusuh ditemani oleh kemunafikannya sendiri.